Di antara berbagai jenis investasi keuangan, berinvestasi saham di pasar modal atau bursa saham tercatat mampu memberikan keuntungan yang sangat menarik. Bahkan keuntungan tersebut dapat berlipat-lipat ganda.
Walau demikian, seperti halnya investasi lain, tidak ada jaminan apapun bahwa seseorang bisa menangguk untung. Bahkan investasi saham merupakan salah satu investasi yang memiliki risiko tinggi, seakan menegaskan kredo investasi:high risk, high profit. Lantaran itu pula masih banyak orang yang meragukan investasi saham.
Jadi, kembali ke pertanyaan, apakah benar berinvestasi saham bisa untung? Menurut Ryan Filbert Wijaya, S.sn, ME., penasihat, praktisi dan inspirator investasi, pasar modal atau bursa saham itu menguntungkan, asalkan Anda mengetahui bagaimana cara dan strateginya.
“Bila salah cara dan strategi, sudah pasti kita dapat mengucapkan sayonara goodbye kepada uangyang kita investasikan,” jelas Ryan, yang merupakan partner strategis Ngturduit.com.
Menurut Ryan, ada dua cara mendasar untuk bisa mendapatkan keuntungan dari investasi saham, yaitu pertama adalah dengan membeli saham dan menyimpannya.
“Saat Anda memiliki saham artinya Anda menjadi pemilik perusahaan. Maka sudah dapat dipastikan keuntungan perusahaan juga akan Anda dapatkan lewat pembagian deviden. Oleh karena itu bila Anda ingin memiliki saham untuk tujuan mendapatkan deviden, carilah perusahaan yang produknya sudah terkenal di masyarakat dan digunakan terus menerus,” jelas Ryan. “Contohnya, Anda makan mi instan merek apa? Siapa produsen obat yang Anda beli? Apa, sih, yang membuat orang kecanduan? Ada jalan raya berbayar dan tidak berbayar, yang berbayar itu di bawah perusahaan apa? Mobil apa yang banyak di jalan, dan siapa produsennya?”
Kemudian, cara kedua mendapatkan keuntungan dari investasi saham adalah lewat berdagang saham atau biasa disebut trading.
“Cara kedua ini orientasinya hanya satu, yaitu cari untung dari saham yang dibeli murah lalu dijual lebih mahal dari modal,” ungkap Ryan. “Namun, untuk dagang saham ini diperlukan keahlian dan kejelian yang lebih. Karena Anda harus mengetahui apakah saham tersebut sekarang dalam keadaan murah atau mahal.”
Ryan memaparkan, bahwa pedagang di pasar modal dan saham memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
Pedagang harian. “Pedagang harian ibarat pedagang sayuran segar. Artinya ia membeli saham di pagi hari untuk bisa dijual untung pada hari yang sama,” kata Ryan. “Risiko dalam menjual sayuran segar adalah kalau sore harinya tidak laku, maka harus dijual rugi atau dibuang atau dimakan sendiri. Sama seperti di saham, pedagang harian diwajibkan paling lambat sore terjual, apapun kondisinya.”
Pedagang Distributor. Tipe pedagang saham ala distributor adalah membeli dalam partai besar dan tentunya akan membeli pada saat harga sedang murah atau bisa menawar lebih murah dari nilai wajar. “Pedagang jenis ini akan membeli saham untuk ditahan dalam jangka waktu tertentu. Biasanya pedagang seperti ini membeli banyak pada saat kondisi pasar modal dalam kondisi tidak baik,” ujar Ryan. “Namun, pedagang dengan gaya ini tentunya harus berpengalaman, karena ia wajib sudah mengenal barang apa yang akan dibeli dan bagaimana prospek barang tersebut ke depannya.” Menurut Ryan, biasanya mereka mengenal perusahaan yang sahamnya mau dibeli melalui laporan keuangan dan mengambil waktu pembelian dengan analisa harga dengan analisa teknikal
Pedagang Eceran. Pedagang jenis ini adalah pedagang yang tidak peduli dengan harga mahal maupun murah, tetapi selalu berprinsip jual lebih mahal agar untung. Intinya, dalam keadaan apapun pedagang ini dapat bertransaksi demi bisa menghasilkan keuntungan. “Pedagang gaya eceran bisa dihubungkan dengan swing trading pada bursa saham. Di mana swing trading adalah selalu mencari nilai murah pada sebuah kondisi dan menjual pada saat lebih mahal,” papar Ryan. “Pedagang eceran bursa juga cenderung menggunakan analisa teknikal untuk bisa mengambil keuntungan jangka pendeknya.” (Antono Purnomo)